Inkuiri Apresiatif (BAGJA)
Inkuiri Apresiatif (IA)
Setiap guru pasti ingin menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid, namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan. Perlu perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Oleh karena itu, kita butuh visi untuk mencapai perubahan budaya sekolah yang lebih baik dari kondisi saat ini. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. Hal ini berarti butuh partisipasi dari semua warga sekolah. Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap.
Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan
proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma, paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA
dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis
kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble
& McGrath, 2016). IA berusaha fokus pada kekuatan
yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan
tertinggi. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif
yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut
dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara
berkelanjutan.
Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan
mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana
hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan
perubahan ke arah lebih baik. Perubahan yang
positif di sekolah akan terjadi jika pertanyaan yang diajukan mengenai kondisi
sekolah saat ini diawali pertanyaan positif bukan dengan permasalahan yang terjadi atau mencari aktor sekolah yang
melakukan kesalahan, contohnya sebagai berikut:
- Hal-hal baik apa yang pernah
dicapai murid di kelas?
- Apa hal menarik
yang dapat dipetik pelajarannya dari setiap guru di kelas?
- Bagaimana mengembangkan praktik baik setiap guru untuk dipertahankan sebagai budaya sekolah?
IA sebagai model manajemen perubahan mempunyai 5 tahapan utama yang dibuat dalam akronim BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). Perlu diketahui, BAGJA dalam bahasa Sunda artinya bahagia. Pemilihan nama ini untuk menggambarkan proses yang akan dibawakan sepanjang penerapan model dan membawakan perubahan. Tahapan ini diadaptasi dari apa yang dipaparkan oleh Noble & McGrath (2016). Semua pertanyaan yang dipaparkan nanti adalah sekedar contoh yang dalam penggunaannya masih harus disesuaikan menurut konteks perubahan yang diinginkan. Tahapan BAGJA tersebut sebagai model manajemen perubahan dengan paradigma IA yang berbasis kekuatan. Pada awal penerapannya, mungkin kita akan merasakan kejanggalan atau meragukan keberhasilannya. Namun, kita bisa mulai mencobanya dan menikmati kurva belajarnya. Kurva belajar yang Anda akan alami mirip seperti seekor anak burung yang belajar terbang. Pada saat pertama kali terbang, jalur terbang anak burung tidak akan langsung ke atas, tapi akan ke bawah dahulu kemudian meliuk ke atas.
Terima kasih telah membaca sedikit catatan saya tentang paradigma Inkuiri yang dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan dengan 5 tahapannya (BAGJA). Semoga artikel kesimpulan ini bermanfaat untuk kita semua.
Salam Guru Penggerak,
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan.
Good info
BalasHapusTerima Kasih
Hapus